Jumat, 07 Maret 2014

Travelling Teaches Me To Be #akurapopo,…



 
“Aku Rapopo” is Javanese term, means “I’m fine!”. It’s  currently a hip meme[1] especially among Javanese speaking communities.It has been popular at least since late of 2013 through social media, and become more popular as hashtag “#akurapopo”. Literally “aku rapopo”is telling a good news; asking people not to worry, whilst it’s actuallya satire.Along the way, it also becomes a daily joke. Here are some picture which may help you to get the point (I hope it help):

That is just the brief information about the term “aku ra popo”. I choose to use it in this text with no intention at first. It just cross at my mind  when I start to write. But then I realize that it’s a specific cultural hip, that may be caught only by the Javanese-speaking communities. So I think it necessary to make this sort of prologue. It is not only the word of “aku rapopo” that popular, the word of “travelling” is more massively well-known around the world.
*****
Nowadays, people travel more and more.  They travel with many different purposes: vacation, hobbies, getaway, working, pilgrimage, family visit, study, or even getaway from routine.  I my self travel  a lot (not that many but I still count it as a lot :D ) in these late 3 years. My work as a researcher allow me to do it. I usually extend for days or weeks in my research just to explore the area as a tourist, not a researcher [Let me tell you that there is a huge different exploring a new place as tourist and as a researcher. I often trap in self-problem about it. That could be another article to tell about the identity issue, you should just wait]. However, both of being a tourist or a researcher allow you to live in different environment, custom, culture, and way of living from your home. It allows you to meet people, have relationship with locals, another travellers, and people that “somehow” live in the area. This text is about those circumstances  that I often deal with. That at some point I just can response and express it with #akurapopo.  

Kamis, 06 Maret 2014

Dusun Pandes: Mbah Karto dan Mbah Karjiyem, I Love You Full!

Sesungguhnya sejak beberapa waktu lalu, saya ingin mengajak Alin dan Zora sowan ke kampung Pandes Panggungharjo Bantul. Ihwalnya, sejak Alin khusyu’ membuat mainannya sendiri dengan barang-barang yang ada di Rumah. Akhirnya, Sabtu 25 Februari 2012, saya, istri, Alin, Zora dan Bibi Henny sampai juga di dusun Pandes.

Beberapa media telah memberitakan tentang dusun Pandes, dimana banyak simbah-simbah yang membuat mainan tradisional berbahan kertas dan bambu, seperti wayang, othok-othok, sangkar burung atau kipas lipat. Media seperti Kompas atau Kick Andy pun sudah meliputnya.



Piramida Sewon adalah ancer-ancernya, karena dusun Pandes persis di sebelah Baratnya. (Entah apakah Andi Arif cs sudah pernah ke Piramida itu atau belum). Kami masuk lewat belakang dusun. Dari simbah-simbah nongkrong yang kami tanya, kamipun dirujuk untuk mencari rumah Mbah Atmo, Mbah Karto atau Mbah Rejo. Siapa mereka? Mereka adalah tokoh utama dari legenda mainan tradisional di dusun Pandes ini, merekalah yang membuatnya.

Kalimantan : dari sawit, karet, rawa, sampai ke hutan hujan !




Antro jalan-jalan, artinya ga sekedar jalan-jalan saja. Ya kata dosen sih, minimal ada “observasi”-nya. Tulisan ini hanya sekedar bercerita saja, sedangkan observasi hanya sebagian kecilnya. Ini tentang Kalimantan, pulau yang terkenal dengan keragaman budaya, hutan dan sumberdaya alam yang melimpah serta di kalangan antropolog mungkin juga dikenal dengan daerah garis depan. Poin terakhir itu yang menarik  bagi saya dan kemudian menghasilkan sedikit pengamatan yang dilengkapi dengan jalan-jalan.
Saya mencoba melihat keragaman Kalimantan dari tanaman dan kondisi ekologinya. Tanaman yang ada di Kalimantan cukup menarik. Tanaman – tanaman yang saya maksud adalah tanaman komoditas pasar.
Perjalanan pertama di Kalimantan Barat, tepatnya di Meliau, Kabupaten Sanggau. Menuju kesana saat itu saya naik ketek-ketek yakni  kapal barang  dari Pontianak ke Meliau dan sebaliknya. Sekitar satu malam dari Pontianak sampailah di dermaga pasar Meliau. Sepanjang perjalanan menyusuri sungai kapuas, terlihat banyak pepohonan nan hijau. Kala senja, pemandangan sangat indah, semuanya menguning, apalagi permukaan sungai Kapuas yang menguning kemilau emas. Cukup romantis bukan ? itulah poinnya.

Pulau Bali =Pulau Samosir ???



Pulau Samosir merupakan salah satu pulau yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Pulau ini berada ditengah-tengah Danau Toba.  Beberapa teman yang juga berasal dari Sumatera Utara sering sekali lebih memeilih liburan ke Pulau Bali daripada ke Pulau Samosir. MENGAPA DEMIKIAN ????

Sebagian besar teman memilih berlibur ke Pulau Bali karena tergiur dengan cerita indahnya Pantai Kuta, Tanah Lot, Tari Kecak, dan lain-lain.  Nama Pulau Bali jauh lebih mendunia daripada Pulau Samosir, namun apakah Pulau Samosir tak seindah Pulau Bali ????

Pulau Samosir memiliki beberapa kelebihan dari Pulau Bali, antara lain:Pulau Samosir memiliki Gunung Pusuk Buhit yang menurut kepercayaan Masyarakat Etnis Batak , gunung tersebut merupakan tempat tinggal Orang Batak pertama. Jika kita mendaki gunung ini, maka kita dapat melihat pemandangan alam yang menurut saya jauhhhhhh lebih bagus daripada Uluwatu Bali. Meskipun kita tidak mendaki terlalu tinggi, namun kita sudah dapat menikmati indahnya pemandangan perpaduan antara pemukiman penduduk (Kampung Sagala), sawah, air terjun, perbukitan, dan air danau yang mengelilingi pulau.

Sabtu, 01 Maret 2014

Sisa Konser: Aku Ra Popo



 
Saya sempat terkejut ketika mengetahui bahwa malam ini (1/3) ada konser SLANK di Alun-Alun Selatan. Kalau boleh jujur, saya memang kurang update masalah seperti ini. Saya tidak begitu suka dengan keramaian, jadi jarang sekali nonton konser-konser. Saya mengetahui info ini ketika melihat banyaknya jejeran bendera di sisi trotoar Alkid.  Saat itu, saya berniat sarapan sebelum menuju Sidoarum dan memilih rute Alkid sebagai jalan pintas. Setelah sedikit mencari info, agenda konser ini merupakan buah ide dari Kementrian Pemuda dan Olahraga yang menggandeng Slank dan beberapan band lokal sebagai Band penghibur untuk memeriahkan acara launching peringatan ke- 86 Sumpah Pemuda.
Di perjalanan menuju Sidoarum saya sudah memasang niat untuk memotret momen ini. Mengingat di saat melewati Alkid, para Slankers yang sudah berkumpul sejak pagi. Ada yang duduk bersama rombongan sambil berbincang-bincang, ada pula yang menggelar lapak dagangan. Bendera-bendera dari berbagai daerah juga sudah banyak berjejer di atas pagar. Akan tetapi niat hati ingin motret suasana siang hari tidak bisa terlaksana karena ada agenda yang tidak bisa ditinggalkan sampai malam.

Sabtu, 22 Februari 2014

Senjata Dewa di Puncak Gereja




Bersama komunitas Bol Brutu, Antro Jalan-Jalan kembali melakukan pertualangan. Kali ini mengunjungi sebuah gereja yang bernama GKJ Karangjoso yang terletak di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Gereja ini sangat unik. Dan konon katanya merupakan Gereja Kristen Jawa tertua yang ada di Jawa Tengah. 

Ketika pertama kali melihat bangunan ini, awalnya saya tidak menyangka bahwa bangunan tersebut adalah sebuah Gereja. Berwarna dasar putih dengan hiasan pintu dan jendela,  bangunan yang bergaya jawa ini sangat mirip seperti sebuah moshala yang ada di desa-desa. Ditambah pula dengan letaknya di dalam kampung dan bentuknya yang kecil, serta rerumputan nan hijau dan beragam hiasan bunga di taman, bisa dikatakan pula bangunan ini mirip seperti rumah tradisional orang jawa, Joglo.

Sabtu, 08 Februari 2014

Rhema Ministry

Sabtu siang (8/2), Antro Jalan-Jalan berkesempatan mengikuti pertualangan yang di selenggarakan oleh GS Photography. Saat itu terik matahari semakin panas, setelah melewati Gardu Londo di arah jalan menuju bukit Stumbu, mobil yang kami tumpangi memasuki pertigaan kecil di sisi kiri. Jalan beraspal telah berakhir dan berganti dengan jalan semen bercampur tanah dan batu. 

Baru saja melewati persimpangan, rombongan kami disambut dengan sepetak genangan lumpur yang terhampar di tengah jalan. Mobil melambat dengan penuh hati-hati. Lalu kemudian jalan yang di hiasi hijau pohon semakin menanjak. Tidak berapa lama mobil kami berserta mobil rombongan lainnya berhenti di ujung kampung. Di depan halaman rumah ketua RT mobil kami terparkir. Dan perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki  menaiki jalan menanjak yang berbatu di belokan sebelah kanan.