Sabtu siang (8/2), Antro Jalan-Jalan berkesempatan mengikuti
pertualangan yang di selenggarakan oleh GS Photography. Saat itu terik matahari
semakin panas, setelah melewati Gardu Londo di arah jalan menuju bukit Stumbu,
mobil yang kami tumpangi memasuki pertigaan kecil di sisi kiri. Jalan beraspal
telah berakhir dan berganti dengan jalan semen bercampur tanah dan batu.
Baru saja melewati persimpangan, rombongan kami disambut
dengan sepetak genangan lumpur yang terhampar di tengah jalan. Mobil melambat
dengan penuh hati-hati. Lalu kemudian jalan yang di hiasi hijau pohon semakin
menanjak. Tidak berapa lama mobil kami berserta mobil rombongan lainnya
berhenti di ujung kampung. Di depan halaman rumah ketua RT mobil kami
terparkir. Dan perjalanan di lanjutkan dengan berjalan kaki menaiki jalan menanjak yang berbatu di belokan
sebelah kanan.
100 meter versi masyarakat setempat yang sangat jauh akhirnya
bisa terlewati. Kemudian sampailah kami di sebuah bangunan yang dari awalnya
memang membuat kami begitu penasaran. Bangunan itu mirip seekor unggas,
berwarna gelap kehitaman dengan sedikit corak berwarna putih di bawah leher. Mulutnya
yang berwarna merah menganga, dan ekornya yang lentik mengembang seperti kipas.
Ada juga potongan keremik berwarna hijau dan biru membentuk sebuah garis
seperti bulu-bulu. Ditambah pula sebuah makhkota yang bertahta diatas kepala,
membuat bangunan ini semakin gagah mempesona.
Sesampai di beranda, perlahan kaki kami melangkah memasuki
bangunan. Ternyata bangunan ini bertingkat. Untuk menuju lantai atas, kami
harus melewati banyak kamar dengan jalan yang berbentuk seperti labirin. Bias
cahaya semakin remang dan gelap. Jika salah langkah maka jalan buntu yang
berakhir pada sebuah kamar akan menunggu. Tetapi jika berhasil, sebuah tangga
akan membimbing menuju lantai atas.
Di lantai atas ruang yang disajikan lebih leluasa untuk
bergerak. Ruangan ini sangat luas seperti sebuah aula pertemuan. Di bagian
dinding banyak jendela-jendela yang membingkai view khas perbukitan dengan besutan
panorama yang hijau. Udaranya sejuk. Dan satu hal yang juga menjadi ciri khas
dari bangunan ini adalah lobang bagian atap yang membentuk lambang salib. Ketika siang, dari celah salib yang lebih
mirip seperti tanda tambah ini, mata bisa menatap langsung biru langit tanpa
ada yang menghalangi. Bisa pula kita lihat bagaimana celah salib yang dilewati
cahaya dan membentuk segaris cahaya yang sama di lantainya.
Mengacu pada bentuk dan suasananya, ada yang menamakan
bangunan ini dengan sebutan Gereja Burung, Gereja Ayam ataupun Gereja Merpati. Dengan
banyaknya nama yang disandang, maka terbuktilah bahwa bangunan ini memang
misterius dan tidak banyak orang yang mengetahui.
Bangunan ini berada di Dusun Gombong, yang tidak jauh dari candi
legenda, Borobudur. Tidak terbayangkan letaknya berada di atas bukit yang
bernama Rhema dan tersimpan dalam rimbun tanaman jati. Tidak banyak info yang bisa
diketahui dari bangunan ini. Dari beberapa catatan di dunia maya, ada sebuah
situs yang mengatakan bahwa bangunan ini adalah sebuah Rumah Doa & Panti
Rehabilitasi (Rhema Ministry). Rhema Ministry diawali pendiriannya pada tahun
1994 oleh bapak Daniel Alamsjah dalam memenuhi panggilan Tuhan dan membangun
Rumah Doa untuk mendukung doa-doa dan conseling bagi umat Tuhan yang terabaikan[1].
Hanya saja, sayang seribu sayang, bangunan yang dilandasi
niat baik dalam pembangunannya ini sekarang terabaikan. Pilar-pilar tumbang,
dindingnya berlobang dan catnya memudar. Nampak jelas bahwa bangunan ini tidak
terurus. Dari sampah, coretan bahkan plastik bungkus kondom bisa dengan mudah
ditemukan.
Be Happy Everyday
Tidak ada komentar:
Posting Komentar